Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi setahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat.
Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian belrlangsung dia atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia; aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Allah diatas bumi ini yang dapat mencapai kesempurnaan/kematangan hidup tanpa berlangsung melalui suatu proses.
Akan tetapi, suatu proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Allah yang mengabdikan diri kepada-Nya.
Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, banyak ahli filsafat pendidikan memberikan arti pendidikan sebagai suatu proses bukan sebagai suatu seni atau teknik.
Beberapa ahli pendidikan di Barat yang membawa arti pendidikan sebagai proses antara lain sebagai berikut:
1. Mortimer J.Adler mengartikan: pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik. Definisi diatas dapat dibuktikan kebenarannya oleh filsafat pendidikan, terutama yang menyangkut permasalahan hidup manusia, dengan kemampuan-kemampuan asli dan yang diperoleh atau tentang bagaimana proses mempengaruhi perkembangannya harus dilakukan. Akan tetapi, yang jelas ialah bahwa mendefinisikan problem filsafat pendidikan tidak akan dapat dilakukan bilamana tidak dapat mendefinisikan arti pendidikan itu sendiri. Suatu pandangan atau pengertian tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek pembahasan adalah menjadi pola dasar yang memberi corak berpikir ahli pikir yang bersangkutan. Bahkan arahnya pun dapat dikenali juga.
2. Herman H. Horne berpendapat: pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia, dengan tabiat tertinggi dari kosmos. Dalam pengertian alamiah yang luas, proses kependidikan tersebut menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia sekitarnya. Sedang dalam pengertiannya yang lebih sempit dunia sekitarnya pun melakukan proses penyesuaian dengan dirinya. Dia belajar untuk mengetahui cara-cara jalannya alam dan dalam batas-batas tertentu ia harus dapat mengontrol alam sekitar itu. Dia juga harus belajar mengenai apa saja yang diperlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya dan bagaimana ia harus bekerja sama dengan orang lain, serta bagaimana mempengaruhinya. Ia juga harus belajar mengetahui dan merasakan keakraban dirinya dengan alam sekitar lingkungan hidupnya, agar dirinya dengan merasa betah tinggal di alam raya ini, tidak merasa terasing hidup di dunianya sendiri. Oleh karena itu, bila pengertian diatas dijadikan landasan pemikiran filosofis, maka harus ideal, filsafat pendidikan mengakui bahwa manusia itu harus menemukan dirinya sendiri sebagai suatu bagian yang integral dari alam raya yang rohaniah dan jasmaniah.
3. William Mc Gucken, SJ. Seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptaannya sebagai tujuan akhirnya.
Dalam definisi ini terlihat jelas bahwa pendidikan harus mampu mengarahkan kemampuan dari dalam diri manusia menjadi suatu kegiatan hidup yang berhubungan dengan Tuhan (Penciptanya), baik kegiatan itu bersifat pribadi maupun kegiatan sosial.
Jadi arti pokok yang terkandung dalam definisi tersebut adalah bahwa proses kependidikan itu mengandung “pengarahan” ke arah tujuan tertentu.
Dalam hubungan ini dapat dipastikan bahwa pendidikan itu tidak hanya menumbuhkan, melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Juga tidak hanya suatu proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang berlangsung ke arah sasarannya. Dalam pengertian analisis pendidikan pada hakikatnya adalah “membentuk” kemanusiaan dalam citra Tuhan.
Bilamana definisi-definisi tersebut dikaitkan dengan pengertian-pengertian pendidikan Islam, akan kita ketahui bahwa, pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangan hidup manusia sebagai berikut.
1. Pendidikan Islam menurut Prof.Dr.Omar Muhammad al-Touny al-Syaebani, diartikan sebagai “usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan..”. perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai islami. Jelaslah bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlaqul karimah.
2. Hasil rumusan “Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan rumusan pengertian pendidikan islam: “sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.” Istilah membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan, atau melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam. Menurut pandangan Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang didalam dirinya diberi kelengkapan-kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki kecenderungan kearah yang baik dan yang buruk.
Tanpa melalui proses kependidikan, manusia dapat menjadi makhluk yang serba dilingkupi oleh dorongan-dorongan nafsu jahat, ingkar, dan kafir terhadap Tuhannya. Hanya dengan melalui proses kependidikan, manusia akan dapat dimanusiakan sebagai hamba Tuhan yang mampu menaati ajaran agama-Nya dengan penyerahan diri secara total sesuai ucapan dalam sholat.
إن صلاتي و نسكي و محياي و مماتي لله رب العالمين.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, dan seluruh hidupku dan matiku semata-mata bagi Allah, Pendidik seluruh alam.
3. Hasil rumusan Kongres se-Dunia II tentang Pendidikan Islam, melalui seminar tentang Konsepsi dan Kurikulum Pendidikan Islam, tahun 1980, dinyatakan bahwa; Pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh dan pancaindera. Oleh karena itu, Pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan rohaniah. Baik secara individu maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek itu kearah kebaikan dan kearah pencapaian kesempurnaan hidup.
Dalam kaitannya dengan esensi pendidikan islam yang dilandasi oleh filsafat pendidikan yang benar dan yang mengarahkan proses kependidikan Islam, Dr Muhammad Fadil Al Djamaly, Guru besar pendidikan di Universitas Tunisia, mengungkapkan cita-citanya bahwa pendidikan yang harus dilaksanakan oleh umat Islam adalah pendidikan keberagaman yang berlandaskan keimanan yang berdiri diatas filsafat pendidikan yang benar.
Menurut beliau, pendidikan islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).
Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan kepada keterbukaan terhadap pengaruh dari dunia luar dan perkembangan dari dalam diri anak didik. Dengan demikian, barulah fitrah itu diberi hak untuk membentuk pribadi anak dan dalam waktu bersamaan faktor dari luar akan mendidik dan mengarahkan kemampuan dasar (fitrah) anak.
Oleh karena itu pendidikan secara operasional mengandung dua aspek, yaitu aspek menjaga atau memperbaiki dan aspek menumbuhkan atau membina.
mas keren tulisannya bisa aku copy yah..
BalasHapuswah kak addin terima kasih dah bantuin aku tuk nambah informasinya..
BalasHapus