Kebahagiaan
dan kesejahteraan merupakan tujuan dari setiap kehidupan manusia.berbagai cara
dilakukan untuk mencapai suatu hal tersebut.[1]salah
satu paradigma adalah tolak ukur
ekonomi,dan demi tercapainya dalam bidang ini mengacu pada berbagai
pemikiran.sistem ekonomi kapitalis setiap pemikiran yang menjadi acuan ini
berangkat dari worldview dan kemudian menjelma menjadi sumber kebenaran
peradaban yang lahir dari paham sekuler.Sedangkan dalam Islam,pemikiran ekonomi
berkaitan erat dengan struktur metafisika dasar Islam yang telah
terformulasikan sejalan dengan wahyu,hadith,akal, pengalaman dan intuisi.Ini
berarti bahwa ilmu ekonomi dalam islam merupakan produk dari pemahama(tafaqquh)
terhadap wahyu yang memiliki konsep-konsep yang
universal ,permanen,dinamis.
Sehubungan
dengan masalah ini,berikut akan dibahas secara singkat perbedaan maupun
perbandingan Sistem ekonomi kapitalis,dan Ekonomi Islam.Ekonomi Kapitalis tidak
diragukan lagi paling dominan di dunia saat ini.sedangkan Ekonomi Islam baik
sebagai ilmu maupun sistem,kini telah memasuki kategori sebagai sebuah
paradigma baru.hal ini dibuktikan pula dengan semakin maraknya diskusi tentang
ekonomi Islam di Universitas,baik di barat maupun di negara-negara islam
sendiri.dan Ekonomi Islam sudah menampakkan kehadirannya dengan munculnya
berbagai lembaga keuangan Islam.
Sistem Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme
adalah sistem ekonomi yang berasaskan kepentingan pribadi, dimana nilai
produksi dan konsumsi semata-mata untuk menggaet profit. Sistem kapitalisme
sama sekali tidak mengindahkan kesejahteraan sosial, kepentingan bersama,
kepemilikan bersama ataupun yang semacamnya. Asas kapitalisme adalah kepuasan
sepihak, alias setiap keuntungan adalah milik pribadi.
Karakteristik
Sistem Ekonomi Kapitalis
· Pertama:Kebebasan
memiliki harta secara perorangan.
· Kedua:
persaingan bebas: Persaingan bisa terjadi antar produsen dalam menghasilkan
produk,persaingan bisa terjadi antar penyalur produk.
· Ketiga: kebebasan
penuh: Kapitalisme identik dengan kebebasan (liberalisme/laissez faire),yang
dianggap sebagai iklim yang paling sesuai dengan sendi kapitalisme.
· Keempat:mementingkian
diri sendiri
· Kelima :harga
sebagai penentu.
· Keenam:campur
tangan pemerintah minimum
Dampak positif
dan Negatif Sistem Ekonomi kapitalis
Pertama:Mendorong
aktivitas Ekonomi secara signifikan
Kedua:Persaingan
bebas akan mewujudkan produksi dan harga ke tingkat wajar dan rasional.
Ketiga:
Mendorong motivasi pelaku ekonomi mencapai prestasi terbaik.
Terlepas
dari semua hal itu,tidak salah jika dianalisa bahwa dibalik kesuksesan itu,ada
kerancuan bahkan kontradiktif yang pada hakikatnya menafikan kesuksesan tadi.[2]hal
ini tampak pada:
· Pertama
:penumpukan harta,distribusi kekayaan tidak merata
· Kedua:Individualisme
· Ketiga:Distorsi
pada nilai moral.bahkan seiring dengan perkembangan ekonomi berupa fasilitas
dan segala kemudahan teknologi bukan semakin membuat peradaban yang terbangun
menjadi lebih baik,tapi semakin menunjukkan paradoks kemajuan ekonomi.
· Keempat:pertentangan
antar kelas misalnya majikan dan buruh
Sistem
Ekonomi Islam
Ekonomi
Islam bukan wacana baru dalam dunia sosial dan ilmiah. Ekonomi Islam merupakan
realitas yang terus menghadirkan kesempurnaan dirinya ditengah-tengah
beragamnya sistem sosial dan ekonomi konvensional yang berbasis pada paham
materialisme sekuler. Ekonomi Islam juga
merupakan realitas ilmiah yang senantiasa menampakkan jati dirinya di antara
konstalasi ilmu-ilmu sosial yang berbasis sekulerisme bahkan atheisme.
Definisi
Ekonomi Islam mengalami perbedaan definisi antara ahli satu dengan yang
lainnya.
Rumusan
M.Nejatullah Siddiqi,bahwa:
Ekonomi
Islam adalah:”Pemikir Muslim yang merespon terhadap tantangan ekonomi ekonomi
pada masanya.dalam hal ini mereka dibimbing dengan Al-qur’an dan As-sunnah
beserta akal dan pengalaman)
Rumusan
Syed Nawab heider Naqvi menyebutkan bahwa:
“Ekonomi
Islam merupakan representasi perilaku muslim dalam suatu masyarakat muslim
tertentu.”
Rumusan
M.A.Mannan,bahwa:
“Ekonomi
Islam merupakan suatu studi sosial yang mempelajari masalah ekonomi manusia
berdasarkan nilai-nilai Islam.”[3]
Ekonomi
Islam dalam arti sistem ekonomi merupakan sebuah sistem yang telah terbukti
dapat mengantarkan umat manusia kepada falah (kesejahteraan yang sebenarnya). Memang
benar bahwa semua sistem ekonomi, baik yang telah terkubur oleh sejarah maupun
yang sedang menuai pujian bertujuan untuk mengantarkan kesejahteraan kepada
pemeluknya.
Jika
kesejahteraan itu dimanefestasikan pada peningkatan income perkapita yang tinggi
maka kapitalis modern akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi income
perkapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun arti
kesejahteraan. Al falah dalam pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam
tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam esensi manusia ada pada ruhaniahnya.
Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan
tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiah melainkan juga memenuhi
kebutuhan ruhani dimana ruh merupakan esensi manusia.
Konsep ekonomi konvensional tentang
kesejahteraan yang begitu sempit dan gersang menyebabkan diabaikannya
aspek ruhani umat manusia. Pola dan proses pembangunan ekonomi diarahkan
semata-mata untuk peningkatan income perkapita, konsumsi fisik yang sarat
dengan hedonisme dan memompa produk-produk kepasaran tanpa mempertimbangkan
dampak negatif bagi kehidupan lain. Seringkali produksi barang dan jasa
sebenarnya tidak perlu diproduk dan dipasarkan karena bertentangan fitrah
manusia, namun karena alasan-alasan bisnis dan ekonomi, barang dan jasa
tersebut tetap diproduksi dan dipasok dipasaran. Akibatnya sudah bisa diduga
terjadilah misalokasi sumberdaya alam yang cenderung melanggengkan ketidak
adilan, eksploitasi, penjajahan ekonomi dan budaya serta merusak moralitas
bangsa dan negara. Inilah kecelakaan dan musibah besar sepanjang sejarah umat
manusia, sebagaimana Al-Qur’an yang
menyatakan kepada mereka:
Maka
bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek, sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang berdosa , dan apabila dikatakan kepada mereka :
Rukuklah (tunduk pada perintah Allah) niscaya mereka tidak mau rukuk.
Kecelekaanlah yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
Maka kepada perkataan apakah sesudah Al-Qur’an ini diturunkan. (QS 77: 47-50)
Pengkristalan
pemikiran ekonomi yang berdasarkan syariah tidak bermaksud menafikkan pemahaman
dan analisa sistem ekonomi kontemporer, namun berusaha meletakkan pemahaman,
koreksi dengan nilai dan etika ekonomi Islam. Dengan tegas ekonomi Islam menolak sistem pranata bunga yang merupakan
urat nadi sistem ekonomi konvensional, karena bertentangan dengan nilai-nilai
syariah. Ekonomi Islam akan senantiasa
concern dalam mewujudkan stabilitas ekonomi yang dibangun atas beberapa asumsi
yang merupakan hasil analisa ekonomi.
Ekonomi
Islam yang dulu pernah memegang peranan penting dalam perekonomian dunia,
datang karena tuntutan kesempurnaan Islam itu sendiri, bukan karena karena
sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis yang mengandung banyak kelemahan dan
ketidak adilan. Islam harus dipeluk secara kaffah dan komprehensif. Islam
menuntut kaum muslimin untuk mengaktualisasikan keislamannya dalam segala aspek
kehidupan. Dalam kehidupan ekonomi, umat Islam memiliki sistem ekonomi sendiri,
dimana garis-garis besarnya telah digambarkan secara utuh dalam Al-Qur’an dan
Assunah. Adalah tidak dimungkinkan seorang muslim shalat 5 waktu setiap hari ,
sementara ia mengkonsumsi arak, narkoba, berjudi dan hanyut dalam spekulasi
murni. Begitu juga tidak mungkin seorang muslim untuk melakukan
transaksi-transaksi keuangan yang mengandung Maysir, Ghoror , Riba dan batil.
Dan segala yang membahayakan dirinya maupun orang lain. (Al-Baqoroh 85).
Ini
semua rambu-rambu yang harus ditaati oleh setiap muslim, karena itu munculnya
ekonomi Islam lebih merupakan perealisasian dari universalitas Islam itu
sendiri. Hanya saja kesadaran menjalankan syariah Islam secara kaffah baru
muncul beberapa dekade tahun ini. Itu
sebabnya perkembangan ekonomi Islam terutama dalam dunia pendidikan, perbankan
dan lembaga keuangan syariah lainnya baru mulai menggelora beberapa tahun ini.
Asas
Perekonomian Islam
Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, Islam memiliki beberapa
ketentuan dasar pada umatnya:
a. Keadilan
Urusan manusia akan langgeng di dunia ini selama keadilan masih
ditegakkan. Adil dalam darah, harta, nasab dan kehormatan. Oleh karena itu,
negeri yang adil akan tegak sekalipun penduduknya kafir dan tidak mendapat
bagian di akhirat, sebaliknya negeri muslim tidak akan tegak jika penuh dengan
kezaliman.
b. Kejujuran
Kejujuran adalah asas semua kebaikan, sedangkan kedustaan adalah
asas dan penopang semua kejelekan.
c. Kesabaran
Sabar dalam melaksanakan amalan yang baik dan meninggalkan semua
yang dilarang, termasuk sabar terhadap semua gangguan dan cobaan.
d. Keberanian
Yang dimaksud di sini bukanlah kekuatan badan, tetapi kuat dan
tegarnya hati, termasuk berjihad dengan harta di jalan Allah. (al-Hisbah 106)
Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam merecovery
ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi syari’ah memiliki
komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan
ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata uang sehingga
menciptakan stabilitas perekonomian.
Untuk
ke depannya, pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi
Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sistem
ekonomi Islam yang diwakili lembaga perbankan syari’ah telah menunjukkan
ketangguhannya bisa bertahan karena ia menggunakan sistem bagi hasil sehingga
tidak mengalami negative spread sebagaimana bank-bank konvensional. Bahkan
perbankan syariah semakin berkembang di masa-masa yang sangat sulit tersebut.
Selama
ini, sistem ekonomi dan keuangan
syari’ah kurang mendapat tempat yang memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi
Islam belum menjadi perhatian pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak
keunggulan untuk diterapkan, Ekonomi Islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus
dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak dipupuk dan disiram. Akibatnya,
pertumbuhannya sangat lambat, karena kurang mendapat dukungan penuh dari
pemerintah dan pihak-pihak yang berkompeten, seperti Menteri Keuangan, Menteri
Perdagangan dan Industri, BAPENAS, DPR dan Menteri yang terkait lainnya.
Aplikasi
ekonomi Islam bukanlah untuk kepentingan ummat Islam saja. Penilaian
sektarianisme bagi penerapan ekonomi Islam seperti itu sangat keliru, sebab
ekonomi Islam yang konsen pada penegakan prinsip keadilan dan membawa rahmat untuk semua orang tidak
diperuntukkan bagi ummat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat
inklusif.[4]
Gontor, Kampus Siman 14 September 2013
Referensi
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, Februari
2004
Umer Chapra, Masa depan ekonomi Islam, Gema Insani Press Jakarta
2001
Mannan,Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Dana Bakti Wakaf
Heri Soedarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia,
UII jogja
[1] Irwan Malik Marpaung,Perbandingan sistem ekonomi
kapitalis,Sosialis,dan Islam,Jurnal Ijtihad edisi volume 7 nomor
2,Muharram-Rabiutsani 1434
[2] Ali Sakti,Ekonomi Islam,Jawaban atas kekacauan ekonomi modern,(tanpa
kota:paradigma&Aqsa publishing,2007),h.26.
[3] Muhammad,Ekonomi Mikro Dalam perspektif islam ,yogyakarta,februari
2004
[4] Ibid