Modernisasi Pondok Pesantren Gontor

Pembaharuan di Pondok Gontor mencakup setidaknya tiga aspek modernisasi: aspek kelembagaan, manajemen, dan organisasi pesantren, kurikulum, metode dan sistem pendidikan.

Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangan hidup manusia. Pendidikan Islam adalah pendidikan keberagaman yang berlandaskan keimanan yang berdiri diatas filsafat pendidikan yang benar.

Studi Prinsip- Prinsip Dasar Metode Pengajaran Bahasa Arab

Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip bertahap, prinsip penghayatan, serta korelasi dan isi

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Runtuhnya Sumber Daya Manusia.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Bahasa Alqur'an

Oleh; Arie Maulana /PBA 5
Barangkali karena lazimnya, jarang sekali kita memperhatikan bahasa yang kita gunakan. Bahasa sudah kita anggap sebagai hal yang biasa, seperti makan, minum, dan bernafas. Tetapi sebenarnya, bahasa memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita. Bahkan hal paling penting yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah kemampuan berbahasa. Seperti dikatakan oleh Quintilian, "Tuhan, Sang Pencipta Alam Yang Maha Kuasa serta  Arsitek Dunia, telah memberikan kepada manusia suatu sifat yang sangat tepat untuk membedakannya daripada hewan, yakni daya bicara." (Mario Pei, 1970)
Mayoritas umat Islam di seluruh dunia sepakat, bahwa bahasa al-Qur'an adalah bahasa Arab dan Nabi Muhammad juga bangsa (orang) Arab, maka banyak orang yang menyamaratakan (termasuk para orientalis), bahwa semua yang berbau Arab (Timur Tengah) adalah Islam. Namun bila kita cermati lebih dalam lagi, wajar bila timbul pertanyaan, kalau memang benar bahwa bahasa al-Qur'an adalah bahasa Arab dan Nabi Muhammaad adalah bangsa (orang) Arab, maka Arab manakah yang dimaksudkan? Apakah Arab Badui, Arab Palestina, Arab Yaman,  Arab Mesir, Arab Himyar, Arab Quraiys atau Arab Hadramaut?
Ditinjau dari sejarahnya, sekurang-kurangnya ada dua jenis klan besar Arab yang mendiami daerah Hijaz (jazirah Arab). Yang pertama adalah Arab asli (True Arabs) atau Arab al-'Ariba dan yang kedua adalah Arab pendatang (Arabized Arabs) atau Arab al-Musta'riba. Arab asli adalah keraturunan dari Qathan, sedangkan Arab pendatang merupakan keturunan dari Ismail, yang datang dari Babylonia (Mesopotamia).
Pada masa menjelang lahirnya Muhammad, Makkah sebagai pusat kota yang terpenting pada saat itu. Praktis dikuasai oleh orang Arab pendatang yang populer dengan sebutan suku bangsa Quraisy. Didukung oleh persekutuan antar kabilah yang kuat dalam perjanjian hilfufudhul, maka bahasa Arab Quraisy secara de facto telah menjadi lingua france (bahasa utama) di seluruh jazirah Arab pada masa itu.
Berdasarkan data sejarah dan bukti dari berbagai ayat al-Qur'an dapat disimpulkan bahwa, bahasa al-Qur'an adalah bahasa Arabs Quraisy. Singkatnya disebut dengan bahasa Araby.
Kemudian, mengapa kita memakai istilah Araby? Apakah karena kata Araby berbeda dengan kata Arab? Istilah Araby berasal dari kata Arab yang ditambah dengan huruf "ya nisbah", yaitu huruf  "ya" di akhir kata yang berfungsi sebagai penghubung dari kata itu. Dalam konteks bahasa, "ya nisbah" berfungsi untuk merumpunkan suatu bahasa dengan kelompoknya. Seperti halnya bahasa Indonesia adalah serumpun dengan bahasa Malaysia, yakni termasuk dalam rumpun bahasa Melayu. Jadi, yang kita maksud bahasa al-Qur'an sebagai bahasa Araby, adalah karena bahasa Arab Quraiys yang dipakai al-Qur'an tersebut serumpun dengan bahasa Arab seumumnya.
Yang penting digaris bawahi di sini adalah, dari dua bahasa yang serumpun seringkali tidak sama persis antara yang satu dengan yang lainnya. Ada banyak hal yang sama, tetapi ada beberapa hal lain yang berbeda.
Perbedaan antara bahasa Arab dengan bahasa al-Qur'an, adalah:
Bahasa Arab adalah bahasa kontemporer yang masih mengalami proses perubahan dan perkembangan (bisa bertambah dan berkurang). Sedang bahasa al-Qur'an adalah bahasa klasik yang sudah baku.
Secara struktur, bahasa  Arab tersusun dari kalimat, kata dan huruf tanpa ada ikatan yang kuat. Sedang bahasa al-Qur'an terikat dalam kitab, surat, ayat, kalimat, kata, dan huruf.

BENTUK BAHASA AL-QUR'AN

BAHASA ucap atau bahasa lidah merupakan landasan bagi semua bahasa. Bahasa wahyu yang didokumentasikan dalam al-Qur'an disebut sebagai qaulan atau lisaanan yang artinya ucapan atau perkataan lisan. Hal ini perlu kita tandaskan karena perbedaan bentuk bahasa akan sangat berpengaruh pada makna yang dikandungnya.
Sebagai perbandingan antara bentuk bahasa ucap dan bahasa tulis antara lain:
Bahasa tulis sangat terikat oleh tata bahasa, sedangkan bahasa ucap lebih longgar dalam.
Dalam bahasa ucap, intonasi atau tinggi rendah tekanan (nada) suara sangat mempengaruhi makna yang dikandungnya, sementara dalam bahasa tulis tidak ada persoalan dalam hal intonasi.
Pihak-pihak yang berbicara biasanya saling bertemu secara langsung dalam ruang dan waktu yang sama secara dialogis dan interaktif (dalam bahasa ucap), sedangkan dalam bahasa tulis tidak demikian.
 Yang paling tahu dari suatu ucapan adalah si pengucap itu sendiri. Bila objek (lawan bicara) tidak mengerti, bisa langsung ditanyakan kepada yang bersangkutan saat itu juga. Sedang dalam bahasa tulis, biasanya banyak sekali pemahaman, tafsiran, dan interpretasi yang berbeda-beda. Bahkan kadang-kadang bertolak-belakang dengan maksud si penulis, akan tetapi tidak bisa langsung dikonfirmasikan saat itu juga.
Dengan memahami bahwa bahasa al-Qur'an sebenarnya adalah bahasa ucap atau bahasa lisan yang ditulis (diabadikan) dalam mushaf, maka kita bisa lebih berhati-hati, terutama dalam upaya melagukan atau menyanyikan al-Qur'an. Jangan sampai sebuah kisah yang heroik di dalam al-Qur'an (misalnya Surat al-Kafirun) menjadi terdengar lucu, karena keliru melagukannya, yakni dengan nada meratap misalnya. Atau sebaliknya, yang seharusnya meratap menadahkan harapan dalam suasana syahdu, tetapi malah dilagukan dengan semangat berapi-api.
Di samping itu, walaupun mempelajari tata bahasa itu penting, tetapi al-Qur'an sebagai bentuk bahasa ucap atau lisan mempunyai teori gramatika (tata bahasa) tersendiri. Tidak cukup hanya dengan sekadar belajar Nahwu Sharaf (tata bahasa Arab biasa). Jadi, untuk belajar bahasa al-Qur'an memang harus mempelajari tata bahasa al-Qur'an itu sendiri.
Dalam al-Qur'an Surat al-Haaqqaah ayat 42-43 diterangkan, bahasa al-Qur'an adalah bahasa percakapan dari Tuhan Pencipta alam semesta kepada utusan-Nya, yang dari segi bentuk maupun kandungannya mempunyai nilai yang sangat mulia (qaulu arasuulin kariimin). Al-Qur'an bukan termasuk bahasa semodel bahasa para sastrawan atau penyair (syaa'irin) yang terlalu berorientasi pada keindahan lahiriahnya saja. Bahasa al-Qur'an juga bukan bahasa seperti bahasa para manterawan (kaahinin) atau peramal atau dukun, karena bentuk bahasa model ini seringkali sulit dinalar dan tidak komunikatif. Biasanya, bahasa jenis ini memerlukan juru tafsir khusus.
Dari semua bentuk bahasa tersebut, baik yang syaa'irin maupun kaahinin, yang tahu hanya para tokoh dan juru tafsirnya. Semakin sulit dipahami oleh orang awam akan terasa semakin hebat, dan tentu saja semakian mahal harganya.

Wallahu A’lam

Kampus Siman, 18 Oktober 2013

Sabtu, 14 September 2013

Ekonomi Islam Sebagai Solusi Perekonomian Kontemporer

Kebahagiaan dan kesejahteraan merupakan tujuan dari setiap kehidupan manusia.berbagai cara dilakukan untuk mencapai suatu hal tersebut.[1]salah satu paradigma  adalah tolak ukur ekonomi,dan demi tercapainya dalam bidang ini mengacu pada berbagai pemikiran.sistem ekonomi kapitalis setiap pemikiran yang menjadi acuan ini berangkat dari worldview dan kemudian menjelma menjadi sumber kebenaran peradaban yang lahir dari paham sekuler.Sedangkan dalam Islam,pemikiran ekonomi berkaitan erat dengan struktur metafisika dasar Islam yang telah terformulasikan sejalan dengan wahyu,hadith,akal, pengalaman dan intuisi.Ini berarti bahwa ilmu ekonomi dalam islam merupakan produk dari pemahama(tafaqquh) terhadap wahyu yang memiliki konsep-konsep yang  universal ,permanen,dinamis.
Sehubungan dengan masalah ini,berikut akan dibahas secara singkat perbedaan maupun perbandingan Sistem ekonomi kapitalis,dan Ekonomi Islam.Ekonomi Kapitalis tidak diragukan lagi paling dominan di dunia saat ini.sedangkan Ekonomi Islam baik sebagai ilmu maupun sistem,kini telah memasuki kategori sebagai sebuah paradigma baru.hal ini dibuktikan pula dengan semakin maraknya diskusi tentang ekonomi Islam di Universitas,baik di barat maupun di negara-negara islam sendiri.dan Ekonomi Islam sudah menampakkan kehadirannya dengan munculnya berbagai lembaga keuangan Islam.
Sistem Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasaskan kepentingan pribadi, dimana nilai produksi dan konsumsi semata-mata untuk menggaet profit. Sistem kapitalisme sama sekali tidak mengindahkan kesejahteraan sosial, kepentingan bersama, kepemilikan bersama ataupun yang semacamnya. Asas kapitalisme adalah kepuasan sepihak, alias setiap keuntungan adalah milik pribadi.
Karakteristik Sistem Ekonomi Kapitalis
·      Pertama:Kebebasan memiliki harta secara perorangan.
·      Kedua: persaingan bebas: Persaingan bisa terjadi antar produsen dalam menghasilkan produk,persaingan bisa terjadi antar penyalur produk.
·      Ketiga: kebebasan penuh: Kapitalisme identik dengan kebebasan (liberalisme/laissez faire),yang dianggap sebagai iklim yang paling sesuai dengan sendi kapitalisme.
·      Keempat:mementingkian diri sendiri
·      Kelima :harga sebagai penentu.
·      Keenam:campur tangan pemerintah minimum
Dampak positif dan Negatif Sistem Ekonomi kapitalis
Pertama:Mendorong aktivitas Ekonomi secara signifikan
Kedua:Persaingan bebas akan mewujudkan produksi dan harga ke tingkat wajar dan rasional.
Ketiga: Mendorong motivasi pelaku ekonomi mencapai prestasi terbaik.
Terlepas dari semua hal itu,tidak salah jika dianalisa bahwa dibalik kesuksesan itu,ada kerancuan bahkan kontradiktif yang pada hakikatnya menafikan kesuksesan tadi.[2]hal ini tampak pada:
·      Pertama :penumpukan harta,distribusi kekayaan tidak merata
·      Kedua:Individualisme
·      Ketiga:Distorsi pada nilai moral.bahkan seiring dengan perkembangan ekonomi berupa fasilitas dan segala kemudahan teknologi bukan semakin membuat peradaban yang terbangun menjadi lebih baik,tapi semakin menunjukkan paradoks kemajuan ekonomi.
·      Keempat:pertentangan antar kelas misalnya majikan dan buruh
Sistem Ekonomi Islam
Ekonomi Islam bukan wacana baru dalam dunia sosial dan ilmiah. Ekonomi Islam merupakan realitas yang terus menghadirkan kesempurnaan dirinya ditengah-tengah beragamnya sistem sosial dan ekonomi konvensional yang berbasis pada paham materialisme sekuler. Ekonomi Islam  juga merupakan realitas ilmiah yang senantiasa menampakkan jati dirinya di antara konstalasi ilmu-ilmu sosial yang berbasis sekulerisme bahkan atheisme.
Definisi Ekonomi Islam mengalami perbedaan definisi antara ahli satu dengan yang lainnya.
Rumusan M.Nejatullah Siddiqi,bahwa:
Ekonomi Islam adalah:”Pemikir Muslim yang merespon terhadap tantangan ekonomi ekonomi pada masanya.dalam hal ini mereka dibimbing dengan Al-qur’an dan As-sunnah beserta akal dan pengalaman)
Rumusan Syed Nawab heider Naqvi menyebutkan bahwa:
“Ekonomi Islam merupakan representasi perilaku muslim dalam suatu masyarakat muslim tertentu.”
Rumusan M.A.Mannan,bahwa:
“Ekonomi Islam merupakan suatu studi sosial yang mempelajari masalah ekonomi manusia berdasarkan nilai-nilai Islam.”[3]
Ekonomi Islam dalam arti sistem ekonomi merupakan sebuah sistem yang telah terbukti dapat mengantarkan umat manusia kepada falah (kesejahteraan yang sebenarnya). Memang benar bahwa semua sistem ekonomi, baik yang telah terkubur oleh sejarah maupun yang sedang menuai pujian bertujuan untuk mengantarkan kesejahteraan kepada pemeluknya.
Jika kesejahteraan itu dimanefestasikan pada peningkatan income perkapita yang tinggi maka kapitalis modern akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi income perkapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun arti kesejahteraan. Al falah dalam pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam esensi manusia ada pada ruhaniahnya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiah melainkan juga memenuhi kebutuhan ruhani dimana ruh merupakan esensi manusia.
Konsep ekonomi konvensional tentang  kesejahteraan yang begitu sempit dan gersang menyebabkan diabaikannya aspek ruhani umat manusia. Pola dan proses pembangunan ekonomi diarahkan semata-mata untuk peningkatan income perkapita, konsumsi fisik yang sarat dengan hedonisme dan memompa produk-produk kepasaran tanpa mempertimbangkan dampak negatif bagi kehidupan lain. Seringkali produksi barang dan jasa sebenarnya tidak perlu diproduk dan dipasarkan karena bertentangan fitrah manusia, namun karena alasan-alasan bisnis dan ekonomi, barang dan jasa tersebut tetap diproduksi dan dipasok dipasaran. Akibatnya sudah bisa diduga terjadilah misalokasi sumberdaya alam yang cenderung melanggengkan ketidak adilan, eksploitasi, penjajahan ekonomi dan budaya serta merusak moralitas bangsa dan negara. Inilah kecelakaan dan musibah besar sepanjang sejarah umat manusia, sebagaimana  Al-Qur’an yang menyatakan kepada mereka:
Maka bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa , dan apabila dikatakan kepada mereka : Rukuklah (tunduk pada perintah Allah) niscaya mereka tidak mau rukuk. Kecelekaanlah yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Maka kepada perkataan apakah sesudah Al-Qur’an ini diturunkan. (QS 77: 47-50)
Pengkristalan pemikiran ekonomi yang berdasarkan syariah tidak bermaksud menafikkan pemahaman dan analisa sistem ekonomi kontemporer, namun berusaha meletakkan pemahaman, koreksi dengan nilai dan etika ekonomi Islam. Dengan tegas ekonomi Islam  menolak sistem pranata bunga yang merupakan urat nadi sistem ekonomi konvensional, karena bertentangan dengan nilai-nilai syariah.  Ekonomi Islam akan senantiasa concern dalam mewujudkan stabilitas ekonomi yang dibangun atas beberapa asumsi yang merupakan hasil analisa ekonomi.
Ekonomi Islam yang dulu pernah memegang peranan penting dalam perekonomian dunia, datang karena tuntutan kesempurnaan Islam itu sendiri, bukan karena karena sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis yang mengandung banyak kelemahan dan ketidak adilan. Islam harus dipeluk secara kaffah dan komprehensif. Islam menuntut kaum muslimin untuk mengaktualisasikan keislamannya dalam segala aspek kehidupan. Dalam kehidupan ekonomi, umat Islam memiliki sistem ekonomi sendiri, dimana garis-garis besarnya telah digambarkan secara utuh dalam Al-Qur’an dan Assunah. Adalah tidak dimungkinkan seorang muslim shalat 5 waktu setiap hari , sementara ia mengkonsumsi arak, narkoba, berjudi dan hanyut dalam spekulasi murni. Begitu juga tidak mungkin seorang muslim untuk melakukan transaksi-transaksi keuangan yang mengandung Maysir, Ghoror , Riba dan batil. Dan segala yang membahayakan dirinya maupun orang lain. (Al-Baqoroh 85).
Ini semua rambu-rambu yang harus ditaati oleh setiap muslim, karena itu munculnya ekonomi Islam lebih merupakan perealisasian dari universalitas Islam itu sendiri. Hanya saja kesadaran menjalankan syariah Islam secara kaffah baru muncul  beberapa dekade tahun ini. Itu sebabnya perkembangan ekonomi Islam terutama dalam dunia pendidikan, perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya baru mulai menggelora beberapa tahun ini.
Asas Perekonomian Islam
            Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, Islam memiliki beberapa ketentuan dasar pada  umatnya:
a.   Keadilan
Urusan manusia akan langgeng di dunia ini selama keadilan masih ditegakkan. Adil dalam darah, harta, nasab dan kehormatan. Oleh kare­na itu, negeri yang adil akan tegak sekalipun penduduknya kafir dan tidak mendapat bagian di akhirat, sebaliknya negeri muslim tidak akan tegak jika penuh dengan kezaliman.
b.   Kejujuran
Kejujuran adalah asas semua kebaikan, sedangkan kedustaan adalah asas dan penopang semua kejelekan.
c.    Kesabaran
Sabar dalam melaksanakan amalan yang baik dan meninggalkan semua yang dilarang, termasuk sabar terhadap semua gangguan dan cobaan.
d.   Keberanian
Yang dimaksud di sini bukanlah kekuatan badan, tetapi kuat dan tegarnya hati, termasuk berjihad dengan harta di jalan Allah. (al-Hisbah 106) Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam merecovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi syari’ah memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.
Untuk ke depannya, pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sistem ekonomi Islam yang diwakili lembaga perbankan syari’ah telah menunjukkan ketangguhannya bisa bertahan karena ia menggunakan sistem bagi hasil sehingga tidak mengalami negative spread sebagaimana bank-bank konvensional. Bahkan perbankan syariah semakin berkembang di masa-masa yang sangat sulit tersebut.
Selama ini,  sistem ekonomi dan keuangan syari’ah kurang mendapat tempat yang memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi Islam belum menjadi perhatian pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak keunggulan untuk diterapkan, Ekonomi Islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak dipupuk dan disiram. Akibatnya, pertumbuhannya sangat lambat, karena kurang mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan pihak-pihak yang berkompeten, seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri, BAPENAS, DPR dan Menteri yang terkait lainnya.
Aplikasi ekonomi Islam bukanlah untuk kepentingan ummat Islam saja. Penilaian sektarianisme bagi penerapan ekonomi Islam seperti itu sangat keliru, sebab ekonomi Islam yang konsen pada penegakan prinsip keadilan  dan membawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi ummat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif.[4]

Gontor, Kampus Siman 14 September 2013

Referensi
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, Februari 2004
Umer Chapra, Masa depan ekonomi Islam, Gema Insani Press Jakarta 2001
Mannan,Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Dana Bakti Wakaf
Heri Soedarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia, UII jogja



[1] Irwan Malik Marpaung,Perbandingan sistem ekonomi kapitalis,Sosialis,dan Islam,Jurnal Ijtihad edisi volume 7 nomor 2,Muharram-Rabiutsani 1434
[2] Ali Sakti,Ekonomi Islam,Jawaban atas kekacauan ekonomi modern,(tanpa kota:paradigma&Aqsa publishing,2007),h.26.
[3] Muhammad,Ekonomi Mikro Dalam perspektif islam ,yogyakarta,februari 2004
[4] Ibid

Falah Sebagai Konsep Dasar Ekonomi Islam

            Kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam kehidupan manusia. manusia akan memperoleh kebahagiaan jika kalau seluruh kebutuhannya terpenuhi , baik dalam aspek metrial maupun spiritual, dalam janga pendek maupun jangka panjang. Terpenuhinya segala yang dibutuhkan yang bersifat sandang, pangan, rumah, dan kekayaan lainnya, dewasa ini lebih banyak mendapatkan perrhatian dalam ilmu ekonomi. Terpenuhinya meteri inilah yang disebut dengan kesejahteraan.
            Pada dasarnya setiap manusia selalu menginnginkan kehidupannya di dunia ini dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual maupun soal sosial. Namun dalam praktiknya kebahagiaan multidimensi ini sangat sulit diraih kerena keterbatasan kemampuan pada manusisa dalam memahami dan menerjemahkan keinginannya secara komprehensif, keterbatasan dalam menyeimbangkan antaraspek kehidupan maupun keterbatasan sumber daya yang diharapkan akan membawa manusia kepada tujuan hidupnya. Oleh karena itu, ada tiga hala pokok yang diperlukan untuk memahami bagaimana tujuan hidup.
Seperti yang kita ketahui bahawasannya para pengikut kapitalis beranggapan bahwasannya segala keuntungan atau kepuasan adalah tujuan utama dalam hidup dan beranggapan bahwasanya kepuasan manusia tidak mempunyai keterbatasan dalam segala hal,sumber daya alam contohnya mereka beranggapan bahwasannya SDAitu terbatas akan tetapi kebutuhan manusia itu terbatas, dan setiap harus berusaha untuk mendapatkannya tanpa memikirkan dari sisi sosial, budaya, dan kesejahteraan. Ini adalah salah satu kerusakan paradigma yang parah dan harus diluruskan, maka dari itu Allah menurunkan kepada kita Rasulullah  datang di dunia ini sebagai pembawa kita kepada kebenaran dan menjauhi kebatilan dengan mukjizatnya yaitu Al-Quran untuk sebagai petunjuk dalam kehidupan.
Islam datang di dunia ini sebagai petunjuk dengan membawa nilai-nilai spiritual yang datang dari Allah, salah satunya dalam konsep falah yang sebagai dasar tujuan hidup kita di dunia ini. Falah berasal dari bahasa arab dari arti kata Afalaha-yufilhu yang berarti kesuksesan, kemuliaan, atau kemenangan, yaitu kemenangan dan kemuliaan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata Al-Quran, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek meterial saja namun lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam konteks dulu, falah merupakan konsep yang multi dimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek perilaku individual/mikro maupun perilaku kolektif/makro.
Falah merupakan tujuan hidup pada setiap manusia yang dibawa oleh islam yang mencangkup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehidupan manusia. aspek ini secara pokok meliputi spiritual dan moralitas, ekonomi, sosial dan budaya, serta politik. Misalnya, untuk memperoleh kelangsungan hidup, maka dalam aspek mikro manusia membutuhkan:
a.       Pemenuhan kebutuhan biologis seperti kesehatan fisik atau bebas dari penyakit
b.      Faktor ekonimis, misalnya memiliki sarana kehidupan
c.       Faktor sosial, adanya persaudaraan dan hubungan antarpersonal yang harmonis. Dalam aspek makro kesejahteraan menutun adanya keseimbangan ekologi, likungan yang higenis, menejemen lingkungan hidup dan lain-lain.
Akhirat merupakan kehidupan yang diyakini nyata-nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan dunia. Kehidupan dunia akan berakhir dengan kematian atau kemusnahan, sedangkan kehidupan akhiarat bersifat abadi atau kekal. Kehidupan dunia merupakan ladang bagi pencapaian tujuan akhirat dan kebahagiaan dunia, meskipun demikian, falah mengandung makna kondisi maksismum dalam kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam praktik kehidupan di dunai, kehidupan akhirat tidak dapat diobservasi, namun perilaku manusia di dunia akan dipertanggung jawabkan atau akan berpengaruh kepada kehidupannya di akhirat kelak nanti. Dalam praktiknya, upaya manusia untuk mewujudakan kebahagiaannya di dunia ini sering kali dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi orang lain, kelestarian lingkungan hidup manusia jangka panjang. Ketidak kemampuan manusia dalam menyeimbangkan peenuh berbagai bisa berakibat pada gagalnya tercapanya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ekonmi Islam mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhan materinya di dunia ini sehingga tercapainya kesejahteraan yang akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (falah).
Sebagaimana yang telah saya paparkan tadi bahwasannya setiap manusia ingin mendapat kebahagiaan yang kekal atau disepanajang hidupnya, tidak hanya di dunia ini namun di akhir kelak nanti. Pemenuhan kebutuhan materi di dunia akan diuapayakan agar bersinergi dengan pencapaian kebahagiaan secara menyeluruh. Setiap manusia berkeinginan untuk mendapatkan kesejahteraan yang mampu mengantarnya kepada kebahagiaan yang abadi.
Kebahagian pada manusia tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja, hal ini merupakan salah satu bukti bahwasannya sebagian manusia dewasa ini mengalami kegagalan dalam merumuskan definisi kesejahteraan yang mendatangkan kebahagiaan, sekaligus kegagalan karena dalam mamahami kesejahteraan. Bagaimana islam mendefinisikan kesejahateraan?
Pendefinisian Islam tentang kesejahteraan di dasarkan pendangan yang komperhensif tentang kehidupan ini. Kesejahteraan menurut ajaran Islam mencngkup dua pengertian, yaitu:
a.       Kesejahteraan holistik dan seimbang yaitu kecukupan materi yang  didukung oleh terrpenuhinya kebutuhan spiritual serta mancakup individu dan sosial. Sosok manusia terdiri atas dua unsur fisik dan jiw, karenanya kebahagiaan haruslah menyeluruh dan seimbang di antara keduanya. Demikian pula manusia memiliki dimensi individual sekaligus sosial. Manusia akan merasa bahagia apabila terdapat keseimbangan di antara dirinya sendiri dengan lingkungannya.
b.      Kesejahteraan di dunia dan di akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di alam dunia saja, tetapi juga di alam setelah kematian/ kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan materi di dunia ditujuakan dalam rangka untuk memperoleh kecukupan akhirat. Jika kondisi idela ini tidak dapat dicapai maka kesejahteraan di akhirat lebih diutamakan, sebab ia merupakan suatu kehidupan yang abadi dan lebih bernilai (valuable) dibandingkan kehidupan dunia.

Bagaiamana manusia mampu mencapai falah sangat tergantung pada perilaku dan keadaan manusia di dunia. Secara umum, manusia menghadapi kesuliatan dalam mengharmonisasikan berbagai tujuan dalam hidup karena keterbatsan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa untuk mencapai falah, manusia harus menyadari hakikat keberadaannya di dunia, mengapa kita tercipta di dunia ini. Tidak lain.manusia tercipta kecuali kehendak yang menciptakan, ia mengikuti petunjuk pencipta. Perilaku manusia semacam inilah yang dalam agam Islam disebut ibadah, yaitu setiap keyakinan,sikap, ucapan, maupun, tindakan yang mengikuti petunjuk Allah, baik terkait dengan hubungan sesama manusia (muamalah) ataupun manusia dengan penciptanya (ibadah mahdhah). Di sinilah agama islam memiliki ajaran yang lengkap, menuntun setiap aspek kehidupan manusia agar manusia berhasil dalam mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, ibadah merupakan alat atau jalan yang digunakan untuk mencapai falah.

Daftar Pustaka
1.      Syed Ameer Ali, 1949 A Short History of Sarancens, Londons : Mcamilan And Co
2.      A. Rahman Ritonga, et al. 1996 eksiklopedia Hukum Islam , Jakarta
3.      Ekonomi Islam (P3EI) UII kerja dengan BI Rajawali Press
4.      Rahman, Aflazur. 1995 Doktrin Ekonomi Islam Yogyakarta PT Dana Bhakti Wakaf


Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan

Oleh : Ahmad Jamroni / Pendidikan Agama Islam VI
Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia.Karena dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan oleh seorang guru. Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai tiga peranan yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas.