Sabtu, 14 September 2013

Falah Sebagai Konsep Dasar Ekonomi Islam

            Kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam kehidupan manusia. manusia akan memperoleh kebahagiaan jika kalau seluruh kebutuhannya terpenuhi , baik dalam aspek metrial maupun spiritual, dalam janga pendek maupun jangka panjang. Terpenuhinya segala yang dibutuhkan yang bersifat sandang, pangan, rumah, dan kekayaan lainnya, dewasa ini lebih banyak mendapatkan perrhatian dalam ilmu ekonomi. Terpenuhinya meteri inilah yang disebut dengan kesejahteraan.
            Pada dasarnya setiap manusia selalu menginnginkan kehidupannya di dunia ini dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual maupun soal sosial. Namun dalam praktiknya kebahagiaan multidimensi ini sangat sulit diraih kerena keterbatasan kemampuan pada manusisa dalam memahami dan menerjemahkan keinginannya secara komprehensif, keterbatasan dalam menyeimbangkan antaraspek kehidupan maupun keterbatasan sumber daya yang diharapkan akan membawa manusia kepada tujuan hidupnya. Oleh karena itu, ada tiga hala pokok yang diperlukan untuk memahami bagaimana tujuan hidup.
Seperti yang kita ketahui bahawasannya para pengikut kapitalis beranggapan bahwasannya segala keuntungan atau kepuasan adalah tujuan utama dalam hidup dan beranggapan bahwasanya kepuasan manusia tidak mempunyai keterbatasan dalam segala hal,sumber daya alam contohnya mereka beranggapan bahwasannya SDAitu terbatas akan tetapi kebutuhan manusia itu terbatas, dan setiap harus berusaha untuk mendapatkannya tanpa memikirkan dari sisi sosial, budaya, dan kesejahteraan. Ini adalah salah satu kerusakan paradigma yang parah dan harus diluruskan, maka dari itu Allah menurunkan kepada kita Rasulullah  datang di dunia ini sebagai pembawa kita kepada kebenaran dan menjauhi kebatilan dengan mukjizatnya yaitu Al-Quran untuk sebagai petunjuk dalam kehidupan.
Islam datang di dunia ini sebagai petunjuk dengan membawa nilai-nilai spiritual yang datang dari Allah, salah satunya dalam konsep falah yang sebagai dasar tujuan hidup kita di dunia ini. Falah berasal dari bahasa arab dari arti kata Afalaha-yufilhu yang berarti kesuksesan, kemuliaan, atau kemenangan, yaitu kemenangan dan kemuliaan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata Al-Quran, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek meterial saja namun lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam konteks dulu, falah merupakan konsep yang multi dimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek perilaku individual/mikro maupun perilaku kolektif/makro.
Falah merupakan tujuan hidup pada setiap manusia yang dibawa oleh islam yang mencangkup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehidupan manusia. aspek ini secara pokok meliputi spiritual dan moralitas, ekonomi, sosial dan budaya, serta politik. Misalnya, untuk memperoleh kelangsungan hidup, maka dalam aspek mikro manusia membutuhkan:
a.       Pemenuhan kebutuhan biologis seperti kesehatan fisik atau bebas dari penyakit
b.      Faktor ekonimis, misalnya memiliki sarana kehidupan
c.       Faktor sosial, adanya persaudaraan dan hubungan antarpersonal yang harmonis. Dalam aspek makro kesejahteraan menutun adanya keseimbangan ekologi, likungan yang higenis, menejemen lingkungan hidup dan lain-lain.
Akhirat merupakan kehidupan yang diyakini nyata-nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan dunia. Kehidupan dunia akan berakhir dengan kematian atau kemusnahan, sedangkan kehidupan akhiarat bersifat abadi atau kekal. Kehidupan dunia merupakan ladang bagi pencapaian tujuan akhirat dan kebahagiaan dunia, meskipun demikian, falah mengandung makna kondisi maksismum dalam kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam praktik kehidupan di dunai, kehidupan akhirat tidak dapat diobservasi, namun perilaku manusia di dunia akan dipertanggung jawabkan atau akan berpengaruh kepada kehidupannya di akhirat kelak nanti. Dalam praktiknya, upaya manusia untuk mewujudakan kebahagiaannya di dunia ini sering kali dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi orang lain, kelestarian lingkungan hidup manusia jangka panjang. Ketidak kemampuan manusia dalam menyeimbangkan peenuh berbagai bisa berakibat pada gagalnya tercapanya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ekonmi Islam mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhan materinya di dunia ini sehingga tercapainya kesejahteraan yang akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (falah).
Sebagaimana yang telah saya paparkan tadi bahwasannya setiap manusia ingin mendapat kebahagiaan yang kekal atau disepanajang hidupnya, tidak hanya di dunia ini namun di akhir kelak nanti. Pemenuhan kebutuhan materi di dunia akan diuapayakan agar bersinergi dengan pencapaian kebahagiaan secara menyeluruh. Setiap manusia berkeinginan untuk mendapatkan kesejahteraan yang mampu mengantarnya kepada kebahagiaan yang abadi.
Kebahagian pada manusia tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja, hal ini merupakan salah satu bukti bahwasannya sebagian manusia dewasa ini mengalami kegagalan dalam merumuskan definisi kesejahteraan yang mendatangkan kebahagiaan, sekaligus kegagalan karena dalam mamahami kesejahteraan. Bagaimana islam mendefinisikan kesejahateraan?
Pendefinisian Islam tentang kesejahteraan di dasarkan pendangan yang komperhensif tentang kehidupan ini. Kesejahteraan menurut ajaran Islam mencngkup dua pengertian, yaitu:
a.       Kesejahteraan holistik dan seimbang yaitu kecukupan materi yang  didukung oleh terrpenuhinya kebutuhan spiritual serta mancakup individu dan sosial. Sosok manusia terdiri atas dua unsur fisik dan jiw, karenanya kebahagiaan haruslah menyeluruh dan seimbang di antara keduanya. Demikian pula manusia memiliki dimensi individual sekaligus sosial. Manusia akan merasa bahagia apabila terdapat keseimbangan di antara dirinya sendiri dengan lingkungannya.
b.      Kesejahteraan di dunia dan di akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di alam dunia saja, tetapi juga di alam setelah kematian/ kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan materi di dunia ditujuakan dalam rangka untuk memperoleh kecukupan akhirat. Jika kondisi idela ini tidak dapat dicapai maka kesejahteraan di akhirat lebih diutamakan, sebab ia merupakan suatu kehidupan yang abadi dan lebih bernilai (valuable) dibandingkan kehidupan dunia.

Bagaiamana manusia mampu mencapai falah sangat tergantung pada perilaku dan keadaan manusia di dunia. Secara umum, manusia menghadapi kesuliatan dalam mengharmonisasikan berbagai tujuan dalam hidup karena keterbatsan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa untuk mencapai falah, manusia harus menyadari hakikat keberadaannya di dunia, mengapa kita tercipta di dunia ini. Tidak lain.manusia tercipta kecuali kehendak yang menciptakan, ia mengikuti petunjuk pencipta. Perilaku manusia semacam inilah yang dalam agam Islam disebut ibadah, yaitu setiap keyakinan,sikap, ucapan, maupun, tindakan yang mengikuti petunjuk Allah, baik terkait dengan hubungan sesama manusia (muamalah) ataupun manusia dengan penciptanya (ibadah mahdhah). Di sinilah agama islam memiliki ajaran yang lengkap, menuntun setiap aspek kehidupan manusia agar manusia berhasil dalam mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, ibadah merupakan alat atau jalan yang digunakan untuk mencapai falah.

Daftar Pustaka
1.      Syed Ameer Ali, 1949 A Short History of Sarancens, Londons : Mcamilan And Co
2.      A. Rahman Ritonga, et al. 1996 eksiklopedia Hukum Islam , Jakarta
3.      Ekonomi Islam (P3EI) UII kerja dengan BI Rajawali Press
4.      Rahman, Aflazur. 1995 Doktrin Ekonomi Islam Yogyakarta PT Dana Bhakti Wakaf


0 komentar:

Posting Komentar